Breaking

Selasa, 28 April 2015

Mengenal Lebih Dekat Dengan Migrain

Migrain adalah serangan sakit kepala, yang sering disertai dengan mual, muntah dan juga menjadi sangat sensitif/peka terhadap cahaya dan suara. Pada banyak orang, serangan migrain dirasakan hanya pada setengah bagian kepala, sehingga migrain sering juga disebut dengan istilah sakit kepala sebelah.

Tanda dan Gejala.
Migrain biasanya muncul bersama sakit kepala parah dan terjadi berulang hingga membuat seseorang tidak bisa melakukan aktifitas secara normal, yang berhubungan dengan gejala-gejala otonom. Sekitar 15-30% pasien migrain mengalami migrain dengan aura (semacam gangguan visual, indra, bicara, atau gerak/motorik yang menjadi pertanda bahwa sakit kepala tersebut akan segera muncul) dan migrain tanpa aura. Tingkatan rasa sakit, lama terjadinya sakit kepala, dan frekuensi serangan bervariasi. Migrain yang berlangsung hingga lebih dari 72 jam disebut status migrainosus.
Penyebab Migrain.
Penyebab utama migrain tidak diketahui, meski demikian penyakit tersebut diyakini berhubungan dengan gabungan faktor lingkungan dan genetik. Penyakit ini terjadi pada orang yang sudah berkeluarga sebanyak dua-pertiga dari seluruh kasus yang terjadi dan jarang terjadi akibat cacat gen tunggal. Sejumlah kondisi psikologis yang memiliki keterkaitan antara lain : depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar sebagaimana berbagai kejadian biologis atau pemicu.
Beberapa penelitian akhirnya telah menemukan beberapa titik terang tentang apa saja penyebab migrain.
Berikut diantaranya yang mungkin menjadi penyebab terjadinya migrain, yaitu:

1. Makanan.
Salah satu penyebab utama disinyalir adalah jenis makanan tertentu. Ada beberapa jenis makanan yang telah diidentifikasi sebagai makanan yang dapat memicu terjadinya migrain.

  • Makanan yang banyak mengandung Thyramine (keju, red wine). 
  • Makanan yang mengandung Monosodium Glutamate (MSG) seperti makanan China dan Meksiko.
  • Makanan yang mengandung Nitrat (bologna, salami, smoked beef).
  • Makanan yang difermentasi. 
  • Keju, coklat, dan jeruk.
  • Alkohol (red wine).
  • Caffeinated (softdrink, teh, kopi).
  • Pemanis buatan Aspartam yang ditemukan dalam minuman dan makanan diet.

2. Stres.
Stres telah diketahui menjadi salah satu penyebab sakit kepala. Jam kerja yang panjang, terutama bekerja dengan komputer, kerja fisik yang berat, atau tekanan pekerjaan bisa menjadi pemicu migrain.
Penderita migrain mengatakan bahwa mereka sering mengalami migrain ketika akhir pekan. Relaksasi adalah kunci utama untuk mencegah migrain dalam kasus ini.

3. Hormon.
Penyebab migrain pada wanita sering dikaitkan dengan terjadinya fluktuasi hormon. Wanita jauh lebih sering terkena migrain daripada pria karena fluktuasi hormon ini.
Sebagian besar wanita yang mengalami serangan rutin migrain, mengatakan bahwa mereka mengalami migrain tepat sebelum atau sesudah periode bulanan mereka. Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat penurunan hormon estrogen pada wanita dapat menyebabkan migrain. Wanita yang akan mengalami menopause dan memiliki kadar estrogen yang rendah mungkin akan mengalami sakit kepala yang cukup parah.

4. Genetik.
Diduga adanya kaitan yang erat antara genetik dengan terjadinya migrain. Sebagian besar penderita migrain mempunyai riwayat keluarga yang juga mengalami migrain. Sebagian besar penderita migrain masih berusia muda. Sebenarnya baik remaja maupun dewasa muda sangat rentan terhadap migrain, hal ini mungkin juga karena adanya fluktuasi hormon.
 

5. Penyebab Sensorik.
Penyebab lain yang bisa memicu migrain berasal dari indera, baik penglihatan maupun indera penciuman.
Pemicu ini bisa dalam bentuk lampu yang sangat terang atau berkedip-kedip, sinar matahari atau sinar lampu yang kuat, bau menyengat dari parfum, asap, dan buah jeruk.

6. Tidur.
Perubahan pola tidur merupakan salah satu penyebab munculnya migrain. Perubahan mendadak dalam pola tidur bisa menyebabkan migrain yang berat. Banyak penderita mengatakan bahwa serangan migrain muncul setelah tidur dalam waktu yang cukup lama, misalnya karena tidur lebih panjang pada akhir pekan.
Sedangkan bagi sebagian yang lain bisa dipicu karena waktu tidur yang kurang.

7. Obat.
Obat-obatan juga bisa menjadi penyebab migrain. Obat-obatan seperti obat sakit kepala yang digunakan selama periode waktu yang lama dapat memicu serangan migrain. Terapi penggantian hormon atau kontrasepsi oral dan obat-obatan yang digunakan untuk melebarkan pembuluh darah merupakan beberapa obat yang dapat menyebabkan migrain.


8. Kekurangan Magnesium.

Penelitian terbaru menemukan bahwa kekurangan magnesium menjadi salah satu penyebab terjadinya migrain. Jika magnesium kurang atau berkurang, maka akan menyebabkan saraf di otak menjadi macet, sehingga dapat mengakibatkan perubahan visual dan menyebabkan munculnya migrain. Suplemen magnesium telah terbukti sebagai obat alami yang efektif untuk migrain, baik dalam makanan atau dengan meminum suplemen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 50-60% kasus migrain terkait dengan kekurangan magnesium.

9. Penyebab Lain.
Selain penyebab yang disebutkan di atas, migrain juga dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti perubahan cuaca mendadak, dataran tinggi, atau gula darah rendah. Setiap penderita migrain mengalami gejala yang berbeda dan memiliki berbagai pemicu untuk migrain mereka, itulah sebabnya mengapa migrain sering sulit diobati.

Pencegahan.
Perawatan pencegahan migrain termasuk : pengobatan, suplemen nutrisi, perubahan gaya hidup, dan pembedahan. Pencegahan direkomendasikan untuk mereka yang mengalami sakit kepala lebih dari dua hari dalam seminggu, tidak dapat menoleransi pengobatan untuk menyembuhkan serangan akut, atau serangan hebat yang sulit untuk dikontrol.
Tujuannya adalah untuk mengurangi frekuensi, kesakitan, dan atau durasi migrain, dan juga untuk meningkatkan efektivitas terapi yang gagal. Alasan pencegahan yang lain adalah untuk menghindari sakit kepala karena kelebihan pemakain obat. Keadaan ini merupakan masalah umum yang dapat menyebabkan sakit kepala kronis harian.

Terapi Alternatif.
Akupunktur efetif untuk menangani migrain. Penggunaan akupunktur lebih efektif dari perawatan rutin, dengan efek merugikan yang lebih ringan daripada perawatan dengan obat profilaksis (obat pencegahan).




Semoga Bermanfaat
Together We Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar